Penyelenggaraan pemilu 2009 menuai kritik dan dinilai jauh dari kesempurnaan. Sejumlah pengamat politik dan pengamat pemilu yang tergabung dalam Forum Penyelamat Demokrasi menyatakan keprihatinan atas penyelenggaraan pemilu 2009 yang tak bisa dikategorikan berkualitas baik. Berbagai bentuk pelanggaran dan indikasi manipulasi, dianggap berpotensi menghancurkan tatanan dan prinsip demokrasi.
Hal itu disampaikan dalam jumpa pers Maklumat Penyelamatan Demokrasi "Jangan Rampas Demokrasi Kami", Senin (13/7), di Jakarta. "Setiap pemilu, menjadi indikator demokrasi di suatu negara bergerak maju atau bergerak mundur. Apa yang terjadi pada pemilu 2009 ini menunjukkan bahwa demokrasi mengalami kemunduran," ujar salah satu anggota forum, Direktur Reform Institute, Yudi Latief.
Kinerja KPU saat ini, dinilai tidak lebih baik dari anggota KPU periode sebelumnya. "Tidak jelasnya penetapan DPT merupakan ketidakberesan yang cukup serius dari kinerja KPU," lanjut Yudi.
Kompetensi dan netralitas lembaga penyelenggara pemilu juga dianggap memberikan kontribusi pada kecurangan pemilu dan penghilangan hak pilih. Dalam maklumat tersebut, beberapa poin lain yang menjadi dasar keprihatinan, diantaranya pelanggaran otoritas pemerintah dalam bentuk mobilisasi sumberdaya, lembaga yudisial yang cenderung mengabaikan pengaduan dari lembaga pengawasan dan keterlibatan lembaga asing pada sektor strategis yang berpotensi memanipulasi hasil pemilu.
Selain Yudi, sejumlah pengamat dan tokoh yang tergabung dalam forum ini, diantaranya Ray Rangkuti, Chalid Muhammad, Ismed Hasan Putro, dan Romo Benny Susetyo.
(Sumber : Kompas Online, 13/7/2009)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar